Mengapa Banjarnegara Sering Dilanda Tanah Longsor?
Bahaya muncul akibat kondisi alam dan pemanfaatan lahan yang salah.
Minggu, 14 Desember 2014
Peta Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Bencana longsor bukan hal baru bagi masyarakat di Kecamatan Karangkobar,
Banjarnegara Jawa Tengah. Hampir setiap tahun selalu terjadi bencana
serupa di kecamatan yang memiliki 13 desa definitif ini.Dan nyaris setiap tahun juga bencana ini selalu menelan korban jiwa, harta dan benda penduduk yang bermukim di wilayah ini. Menurut ahli Geologi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Dwikorita Karnawati, secara alami kondisi wilayah di Karangkobar memang tak memungkinkan untuk dijadikan sebagai wilayah pemukiman.
Kondisi topografinya yang berbukit-bukit dan tekstur tanahnya yang tak kokoh menjadikan daerah ini mudah sekali terkena bencana longsor.
"Kondisi geologis wilayah ini memiliki tanah yang rapuh. Tanahnya disisipi bebatuan dan bidang-bidang yang memotong ikatan antara tanah dan batuan. Bila hujan tiba, lapisan tanahnya pasti rentan meluncur atau longsor," tutur Rektor UGM ini saat mengunjungi lokasi bencana longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang, Kerangkobar, Sabtu 13 Desember 2014.
Kondisi itu menurutnya diprediksi hampir menyeluruh ke sejumlah desa yang tersebar di kawasan Karangkobar. Kendati belum dapat dipastikan secara menyeluruh, namun merujuk ke peta geologi kawasan tersebut banyak titik lain yang memiliki kondisi serupa.
"Melihat ke kondisi medan dan peta geologi, bisa saja terjadi di tempat lain. Sebab hampir seluruh kawasan ini memiliki tekstur lapisan tanah serupa. Cuma memang situasional, hanya akan muncul ketika hujan tiba," kata Dwikorita.
Pohon salak
Penyebab lain yang juga tak kalah penting, kata Dwikorita, adalah sistem pemanfaatan lahan yang tidak tepat oleh masyarakat. Selama hampir 10 tahun ini lereng bukit yang sebelumnya mayoritas ditumbuhi pepohonan dan tanaman keras diganti dengan tanaman salak (Salacca zalacca).
Tanaman berbatang duri yang dikembangkan secara monokultur oleh warga ini memiliki kekurangan dimana tak memiliki tekstur pengakaran yang kuat di tanah. Serabut akarnya yang pendek (kurang dari satu meter) tidak masuk jauh ke dalam tanah sehingga membuat tekstur lapisan tanah menjadi tidak kokoh.
"Serabut akar pohon salak pendek di tanah. Ia justru memicu tanah semakin gembur dan rapuh. Karena itu dengan banyaknya pohon salak yang ditanam warga di Karangkobar menjadi salah satu pemicu kenapa tanah di sini mudah bergerak atau jatuh," kata Dwikorita.
Oleh sebab itu ia berharap agar dapat dilakukan penataan kembali kawasan pemukiman di daerah itu. Area yang sudah ditetapkan sebagai kawasan terlarang untuk pemukiman hendaknya dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga tidak menjadi bencana di kemudian hari.
"Secara alami wilayah Karangkobar memang rentan, tapi belum tentu berpotensi bahaya. Namun bahaya dapat muncul dengan mudah, baik itu melalui turunnya hujan atau pemanfaatan lahan yang salah. Jadi segera evaluasi tata ruang di wilayah ini," ucap Dwikorita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar